Harry Potter adalah seri tujuh novel fantasi yang dikarang oleh penulis Inggris J. K. Rowling. Novel ini mengisahkan tentang petualangan seorang penyihir remaja bernama Harry Potter dan sahabatnya, Ronald Weasley dan Hermione Granger, yang merupakan pelajar di Sekolah Sihir Hogwarts. Inti cerita dalam novel-novel ini berpusat pada upaya Harry untuk mengalahkan penyihir hitam jahat bernama Lord Voldemort, yang berambisi untuk menjadi makhluk abadi, menaklukkan dunia sihir, menguasai orang-orang nonpenyihir, dan membinasakan siapapun yang menghalangi jalannya, terutama Harry Potter.
Sejak dirilisnya novel pertama, Harry Potter and the Philosopher's Stone (di Indonesia diterbitkan dengan judul Harry Potter dan Batu Bertuah) pada tanggal 30 Juni 1997, seri ini telah mendapatkan popularitas besar, berbagai pujian kritis, dan kesuksesan komersial di seluruh dunia.[1] Beberapa kritikus juga melontarkan kritikan negatif, terutama karena temanya yang gelap. Pada Juli 2013, seri ini telah terjual sekitar 450 juta kopi di seluruh dunia, menjadikannya sebagai novel seri paling laris sepanjang masa, dan telah diterjemahkan ke dalam 73 bahasa.[2][3] Empat novel terakhir secara berturut-turut mencetak rekor sebagai buku dengan penjualan tercepat dalam sejarah.
Dengan memuat banyak genre, termasuk fantasi dan bildungsroman (dengan unsur misteri, cerita seru, petualangan, dan roman), seri ini telah melahirkan banyak makna dan referensi budaya.[4][5][6][7] Menurut Rowling, tema utama dalam seri ini adalah kematian.[8] Terdapat juga tema lainnya, seperti prasangka dan korupsi.[9]
Penerbit awal novel-novel Harry Potter adalah Bloomsbury di Britania Raya dan Scholastic Press di Amerika Serikat. Di samping itu, seri ini telah diterbitkan oleh berbagai penerbit di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Keseluruhan novel, dengan novel ketujuh dibagi menjadi dua bagian, telah diadaptasi menjadi delapan seri film oleh Warner Bros. Pictures, dan menjadi film seri paling sukses sepanjang masa. Seri Harry Potter juga telah menghasilkan berbagai merek dagang yang berhubungan dengan cerita, menjadikan merek Harry Potter bernilai lebih dari $15 milyar.[10] Selain itu, terkait dengan kesuksesan novel dan film-filmnya, Rowling telah menjadi penulis terkaya sepanjang sejarah kesusasteraan.[11] Harry Potter juga dijadikan sebagai tema taman hiburan seperti The Wizarding World of Harry Potter di Islands of Adventure, Universal Parks & Resorts.
Plot
Set lengkap
ketujuh novel Harry Potter.
Novel ini
mengisahkan tentang Harry Potter, seorang anak laki-laki yatim piatu yang pada usia sebelas tahun
mengetahui bahwa ia adalah seorang penyihir, hidup dalam dunia biasa nonsihir,
atau Muggle.[12] Kemampuan sihirnya adalah bawaan
dan ia diundang untuk menghadiri sekolah yang mengajarkan tentang keterampilan
dan pengetahuan sihir.[13] Harry kemudian menjadi pelajar di Sekolah
Sihir Hogwarts, dan di
sana sebagian besar kisah novel berlangsung. Di Hogwarts, Harry melalui
masa-masa remajanya, ia belajar untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya: sihir, sosial dan emosional, termasuk permasalahan remaja biasa
seperti cinta, persahabatan, dan ujian sekolah, serta ujian terbesar untuk
mempersiapkannya dalam menghadapi konfrontasi yang ada di depannya.[14]
Setiap novel
mengisahkan tentang satu tahun kehidupan Harry,[15] dengan peristiwa novel yang
berlangsung antara tahun 1991-1998.[16] Kisah novel ini juga mengandung
banyak kilas balik, yang sering dialami oleh Harry saat melihat kenangan
karakter lain melalui benda sihir yang disebut Pensieve.
Lingkungan
pengisahan yang dibuat oleh Rowling benar-benar terpisah dari realitas, namun
masih terkait erat satu sama lainnya. Jika tanah fantasi Narnia adalah dunia alternatif dan Dunia Tengah Lord of the Rings adalah dunia magis, maka dunia
sihir Harry Potter secara paralel ada di dalam dunia nyata yang
mengandung versi magis dari unsur-unsur biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Harry Potter, banyak institusi dan lokasi yang dikenali, misalnya London.[17] Dunia Harry Potter terdiri
dari sekumpulan jalan-jalan tersembunyi yang diabaikan manusia biasa, tempat
minum kuno, puri di wilayah sepi, dan kastil terpencil yang tidak terlihat oleh
populasi Muggle.[13]
Tahun-tahun awal
Model kastil
Hogwarts, tempat Harry mempelajari
pendidikan sihir dan menjadi latar tempat hampir di keseluruhan cerita novel.
Dalam bab
pertama di novel pertama, Harry Potter dan Batu Bertuah, dikisahkan bahwa peristiwa yang
luar biasa telah terjadi di dunia sihir, suatu peristiwa yang sangat luar
biasa, bahkan para Muggle melihat tanda-tandanya. Latar
belakang mengenai peristiwa luar biasa ini dan sosok Harry Potter diungkapkan
secara bertahap sepanjang seri. Setelah bab pendahuluan, kisah novel melompat
bertahun-tahun kemudian, saat sebelum ulang tahun kesebelas Harry Potter, dan
pada titik ini, latar belakang Harry Potter mulai terungkap.
Kontak
pertama Harry dengan dunia sihir adalah melalui seorang manusia setengah
raksasa bernama Rubeus
Hagrid, penjaga
dan juru kunci di Hogwarts. Hagrid mengungkapkan tentang
sejarah masa lalu Harry.[18] Melalui cerita Hagrid, Harry
mengetahui bahwa saat ia bayi, ia menyaksikan pembunuhan orangtuanya oleh
seorang penyihir hitam jahat bernama Lord Voldemort, yang kemudian juga berupaya untuk
membunuhnya.[18] Untuk alasan yang tidak diketahui,
mantra yang dilontarkan oleh Voldemort untuk membunuh Harry berbalik kepadanya.
Harry selamat dengan menyisakan bekas luka berbentuk sambaran petir di dahinya
sebagai bukti atas serangan tersebut, dan Voldemort menghilang. Setelah selamat
dari serangan Voldemort, Harry menjadi seorang legenda hidup dalam dunia sihir.
Namun, atas perintah dari seorang penyihir terhormat dan terkenal bernama Albus Dumbledore, Harry yang yatim piatu dititipkan
pada kerabat Muggle nya yang tidak menyenangkan, keluarga
Dursley. Keluarga
Dursley bersedia untuk merawat Harry, namun memutuskan untuk merahasiakan
hal-hal magis darinya dengan harapan bahwa Harry akan tumbuh
"normal".[18]
Dengan
bantuan Hagrid, Harry bersiap untuk menjalani tahun pertamanya di Hogwarts.
Harry pun mulai menjelajahi dunia sihir, pembaca akan diperkenalkan pada
berbagai lokasi utama yang digunakan di sepanjang seri. Harry bertemu dengan
sebagian besar karakter
utama dalam seri,
termasuk dua tokoh yang kelak akan menjadi sahabat baiknya: Ron Weasley, seorang penyihir yang berasal dari
keluarga penyihir murni, kuno, namun miskin, dan Hermione Granger, seorang penyihir cerdas yang
berasal dari keluarga nonpenyihir atau Muggle.[18][19] Di Hogwarts, Harry juga bertemu
dengan guru ramuan Severus
Snape, yang
menunjukkan kebencian dan ketidaksukaannya pada Harry. Plot buku pertama
diakhiri dengan konfrontasi antara Harry dan Lord Voldemort untuk kedua
kalinya; Voldemort berupaya untuk memperoleh kembali keabadian dengan cara
mendapatkan kekuatan dari Batu Bertuah, zat yang
memberikannya kehidupan yang kekal, dan Harry beserta teman-temannya berusaha
untuk menggagalkannya.[18]
Seri
dilanjutkan dengan Harry Potter dan Kamar Rahasia, yang mengisahkan tentang tahun
kedua Harry di Hogwarts. Harry dan teman-temannya menyelidiki misteri 50 tahun
yang lalu terkait dengan peristiwa mencekam yang kembali terjadi di sekolah.
Adik perempuan Ron, Ginny
Weasley, menjalani
tahun pertamanya di Hogwarts, dan menemukan sebuah buku harian yang ternyata merupakan buku harian
milik Voldemort saat ia masih bersekolah di Hogwarts. Ginny dikuasai oleh
Voldemort melalui buku hariannya dan menuntunnya untuk membuka jalan ke
"Kamar Rahasia", melepaskan monster kuno yang menyerang para siswa di
Hogwarts. Novel ini menggali tentang sejarah Hogwarts dan legenda seputar Kamar
Rahasia. Untuk pertama kalinya, Harry mengetahui bahwa prasangka rasial
mengenai "darah murni" dan "darah kotor" juga ada dalam
dunia sihir, dan bahwa saat Voldemort berkuasa, penyihir keturunan Muggle atau
"berdarah campuran" sering dijadikan sasaran teror. Harry juga
mengetahui bahwa ia bisa berbicara Parseltongue (bahasa
ular), pemilik kemampuan tersebut sangat jarang dan sering dikaitkan dengan Ilmu hitam. Novel ini berakhir setelah Harry
menyelamatkan kehidupan Ginny dengan membunuh Basilisk dan menghancurkan buku harian
tersihir yang menjadi sumber masalah.
Novel
ketiga, Harry Potter dan Tawanan Azkaban, mengisahkan tentang tahun ketiga
Harry di Hogwarts. Ini adalah satu-satunya novel Harry Potter yang tidak
menampilkan Voldemort dalam ceritanya. Sebaliknya, Harry mengetahui bahwa ia
menjadi target Sirius Black, seorang pembunuh yang melarikan
diri dari penjara sihir, dan diyakini ikut terlibat dalam kematian orangtua
Harry. Setelah Harry dilemahkan oleh dementor – makhluk sihir hitam yang
memiliki kekuatan untuk melahap jiwa manusia – yang ditempatkan di
Hogwarts untuk melindungi sekolah, Harry bertemu dengan Remus Lupin, guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang kemudian terungkap bahwa ia
merupakan manusia
serigala. Lupin
mengajarkan Harry langkah-langkah pertahanan tingkat atas terhadap sihir hitam,
terutama dementor, yang umumnya belum dipelajari oleh siswa seusianya. Harry
kemudian mengetahui bahwa Lupin dan Black dahulunya adalah sahabat ayahnya, dan
Black dijebak oleh teman mereka yang lainnya, Peter Pettigrew.[20] Dalam novel ini, terungkap bahwa
tidak satupun guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang bertahan lebih dari satu
tahun ajaran, dan hal ini selanjutnya berulang dalam novel-novel berikutnya.
Kembalinya Voldemort
Selama tahun
keempat Harry di Hogwarts (dikisahkan dalam Harry Potter dan Piala Api), Harry secara tidak terduga terpilih sebagai peserta
Turnamen Triwizard; kontes sihir berbahaya di mana Harry harus bersaing melawan
penyihir-penyihir "jagoan" dari sekolah-sekolah sihir lainnya, dan
juga siswa dari Hogwarts sendiri.[21] Selama turnamen, Harry dipandu oleh
Profesor Alastor
"Mad-Eye" Moody, yang kemudian diketahui adalah seorang penipu –salah satu pendukung
Voldemort bernama Barty
Crouch, Jr yang
menyamar. Pada titik ini, terjadi pergeseran pengisahan dari yang sebelumnya
hanya berupa firasat, dugaan, dan ketidakpastian, menjadi suatu konflik
terbuka. Rencana Voldemort dengan menyusupkan Crouch ke dalam turnamen untuk
membawa Harry padanya berhasil. Meskipun pada akhirnya Harry berhasil lolos
dari Voldemort, Cedric
Diggory, wakil
Hogwarts lainnya dalam Turnamen Triwizard, terbunuh, dan Voldemort kembali
memasuki dunia sihir dengan fisik utuh.
Dalam buku
kelima, Harry Potter dan Orde Phoenix, Harry kembali berhadapan dengan
Voldemort yang baru bangkit. Dalam menanggapi kemunculan Voldemort, Dumbledore
kembali mengaktifkan Orde Phoenix, yaitu perkumpulan rahasia yang
bergiat dari rumah keluarga Sirius Black yang bertujuan untuk menghadapi
pelahap maut Voldemort dan melindungi siapapun yang menjadi target Voldemort,
terutama Harry. Meskipun Harry dan Dumbledore telah menjelaskan tentang
kembalinya Voldemort, Kementerian Sihir dan kebanyakan masyarakat sihir
lainnya menolak mempercayai bahwa Voldemort telah kembali.[22] Dalam upaya untuk melawan dan
mendiskreditkan Dumbledore, Kementerian menunjuk Dolores Umbridge sebagai Inkuisitor Agung Hogwarts.
Umbridge lalu mengubah Hogwarts menjadi rezim diktator dan melarang siswa
mempelajari cara-cara untuk mempertahankan diri dalam melawan sihir hitam.[22]
Harry
kemudian membentuk "Laskar Dumbledore", sebuah kelompok belajar
rahasia di mana Harry bertugas untuk mengajari teman-temannya keterampilan
sihir Pertahanan terhadap Ilmu Hitam tingkat tinggi yang telah ia pelajari.
Harry mengetahui bahwa ada ramalan penting mengenai dirinya dan
Voldemort, dan ramalan inilah yang telah memicu Voldemort untuk membunuh orang
tua Harry.[23] Harry juga mengetahui bahwa ia dan
Voldemort memiliki koneksi yang tidak diinginkan, dan menyakitkan setiap kali
koneksi itu muncul, yang membuat Harry bisa menyaksikan tindakan Voldemort
secara telepati. Dalam klimaks novel ini, Harry dan teman-temannya bertempur
secara langsung menghadapi Pelahap Maut. Meskipun kedatangan tepat waktu
para anggota Orde Phoenix menyelamatkan nyawa Harry dan teman-temannya, Sirius
Black terbunuh dalam pertarungan ini.[22]
Dalam buku
keenam, Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran, Voldemort mulai melancarkan perang
terbuka. Di Hogwarts, Harry dan teman-temannya yang beranjak remaja secara
relatif terlindungi dari bahaya. Mereka terlibat dalam berbagai permasalahan
remaja, dan Harry akhirnya mulai berkencan dengan Ginny Weasley. Di awal-awal cerita, Harry
menemukan buku ramuan tua yang penuh dengan coretan dan instruksi-instruksi
tidak resmi dari sang pemilik buku yang misterius; si "Pangeran Berdarah
Campuran". Buku ini dengan cepat menjadi sumber kesuksesan Harry dalam
kelas ramuan, namun karena berbagai mantra ilegal yang tertulis di dalamnya,
buku ini juga menjadi sumber kekhawatiran, terutama dari Hermione. Pada tahun
ini, Harry juga mengikuti pelajaran privat dengan Dumbledore, yang menunjukkan
pada Harry berbagai kenangan tentang kehidupan awal Voldemort. Selama pelajaran
privatnya, terungkap bahwa untuk mempertahankan hidupnya, Voldemort telah
membagi jiwanya menjadi potongan-potongan, menciptakan serangkaian horcrux, benda dengan kekuatan jahat yang
tersembunyi di berbagai lokasi, dan salah satunya adalah buku harian yang
dihancurkan Harry dalam buku kedua.[24] Musuh Harry yang arogan, Draco Malfoy, berusaha untuk membunuh Dumbledore
di sepanjang novel. Upaya Malfoy ini memuncak dengan terbunuhnya Dumbledore
oleh Profesor Snape; si "Pangeran Berdarah Campuran" yang sebenarnya.
Novel
terakhir dalam seri, Harry Potter dan Relikui Kematian, dimulai langsung setelah peristiwa
dalam buku keenam. Voldemort sukses menguasai dan mengontrol Kementerian Sihir.
Harry, Ron, dan Hermione memutuskan untuk tidak kembali ke Hogwarts dan memulai
upaya mereka untuk menemukan dan menghancurkan horcrux Voldemort yang tersisa. Untuk
memastikan keselamatan mereka sendiri serta keluarga dan teman-teman mereka,
ketiganya terpaksa mengisolasi diri mereka di lokasi-lokasi yang tidak
terlacak. Dalam petualangan mereka mencari horcrux, mereka bertiga mengetahui
detil tentang masa lalu Dumbledore, tentang benda lainnya yang disebut hallow
yang bisa digunakan untuk menangkal horcrux, serta motif Snape yang
sebenarnya – ia bekerja untuk Dumbledore sejak pembunuhan ibu Harry.
Buku ketujuh
ini memuncak dalam Pertempuran Hogwarts. Harry, Ron, dan Hermione beserta
anggota Orde Phoenix, para guru, dan siswa Hogwarts,
bertempur untuk mempertahankan Hogwarts dari Voldemort, Pelahap Mautnya, dan
berbagai makhluk gaib. Beberapa karakter utama tewas dalam pertempuran
gelombang pertama. Setelah mengetahui bahwa ia sendiri adalah horcrux, Harry
menyerahkan dirinya kepada Voldemort, yang melontarkan kutukan maut padanya.
Namun, para pejuang Hogwarts tidak menyerah. Meskipun mereka meyakini bahwa
Harry telah tewas, mereka terus berjuang. Harry, yang sebenarnya berhasil
kembali dari situasi antara hidup dan kematian dan kemudian berpura-pura mati,
akhirnya menghadapi Voldemort, yang semua horcruxnya telah hancur. Dalam
pertempuran berikutnya, Voldemort terbunuh oleh kutukannya sendiri yang
berbalik. Di akhir novel, terdapat sebuah epilog yang menceritakan tentang
kehidupan para karakter yang bertahan hidup dan keberlangsungan dunia sihir.
Sampul-sampul
novel Harry Potter edisi Amerika Serikat.
Karya tambahan
Lihat pula: J. K.
Rowling: Filantropi
Rowling
telah memperluas dunia Harry Potter dengan menulis beberapa buku singkat yang diproduksi untuk berbagai
kegiatan amal.[25][26] Pada tahun 2001, Rowling merilis Hewan-Hewan Fantastis dan Di Mana
Mereka Bisa Ditemukan (buku teks Hogwarts yang diakui) dan Quidditch dari Masa ke Masa (buku yang dibaca Harry sebagai
selingan). Hasil dari penjualan dua buku tersebut disumbangkan kepada badan
amal Comic Relief.[27] Pada tahun 2007, Rowling
menerbitkan tujuh salinan tulisan tangan dari Kisah-Kisah Beedle Si Juru Cerita, kumpulan dongeng penyihir yang
disebutkan dalam novel terakhir. Hasil penjualan buku ini digunakan untuk
membantu Children's High Level Group, badan amal yang menyediakan dana bagi
anak-anak dengan keterbelakangan mental di negara-negara miskin. Buku ini diterbitkan
secara internasional pada tanggal 4 Desember 2008.[28][29] Rowling juga menulis sebuah prekuel sepanjang 800 kata pada tahun 2008
sebagai bagian dari kampanye pengumpulan dana yang diselenggarakan oleh penjual
buku Waterstones.[30] Ketiga buku di atas berisi
informasi tambahan tentang dunia sihir yang tidak dijelaskan dalam novel
aslinya. Pada tahun 2011, Rowling meluncurkan situs web untuk proyek barunya yang disebut Pottermore.[31] Pottermore dibuka untuk umum pada
14 April 2012.[32] Pottermore ini memungkinkan
pengguna untuk diseleksi, dipilih menurut tongkat sihir mereka, dan memainkan
berbagai permainan mini. Tujuan utama dari situs web ini adalah mengajak
pengguna untuk berpetualang ke sepanjang cerita dengan akses ke konten-konten
yang tidak diungkapkan oleh Rowling sebelumnya, dengan lebih dari 18.000 kata
konten tambahan.[33]
Struktur dan genre
Novel-novel Harry
Potter tergolong ke dalam genre sastra fantasi, namun, dalam banyak hal
novel-novel ini juga bisa dikategorikan bildungsromans, atau novel transisi
usia,[34] serta juga mengandung unsur-unsur
seperti misteri, petualangan, thriller, dan roman. Harry Potter dianggap sebagai bagian dari
kisah-kisah mengenai sekolah asrama anak di Inggris, sama seperti Stalky &
Co. Rudyard
Kipling, Malory Towers nya Enid Blyton, seri St. Clare dan Naughtiest
Girl, serta Billy Bunter karya Frank Richards. Novel-novel Harry
Potter berlatar tempat di Hogwarts, sebuah sekolah asrama fiksi untuk
para penyihir di Inggris, dengan kurikulumnya yang
mengajarkan tentang pendidikan sihir.[35] Secara tidak langsung, Harry
Potter dipengaruhi oleh Tom Brown's School Days karya Thomas Hughes dan novel-novel era Victoria dan
Edwardian lainnya yang menceritakan tentang kehidupan di sekolah publik
Britania.[36][37] Menurut Stephen King, Harry Potter adalah
"cerita misteri yang cerdik",[38] dan masing-masing novel
dikembangkan dengan pendekatan misteri petualangan bergaya Sherlock Holmes. Cerita dikisahkan dari sudut
pandang orang ketiga tunggal, kecuali dalam beberapa bab (misalnya dalam bab
pertama Harry Potter dan Batu Bertuah, Piala Api, dan dua
bab pertama Pangeran Berdarah Campuran).
Di
tengah-tengah cerita di masing-masing novel, Harry menemui berbagai masalah dan
melanggar berbagai peraturan sekolah saat berupaya untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Jika ada siswa yang tertangkap melanggar peraturan
sekolah, maka mereka akan dihukum oleh profesor Hogwarts. Penggunaan hukuman
ini sering ditemui dalam novel-novel dengan sub-genre sekolah berasrama.[35] Namun, cerita di masing-masing
novel selalu mencapai klimaksnya pada waktu musim panas, mendekati atau setelah
diselenggarakannya ujian akhir, dan Harry harus berhadapan dengan Voldemort atau salah satu Pelahap Maut nya, dengan taruhan hidup dan mati.
Seiring dengan perkembangan seri, satu atau lebih karakter tewas dalam empat
novel terakhir.[39][40] Sebagai dampaknya, Harry mulai
mempelajari pelajaran-pelajaran penting melalui eksposisi dan berdiskusi dengan
kepala
sekolah sekaligus
mentornya, Albus Dumbledore.
Dalam novel
terakhir, Harry Potter dan Relikui Kematian, Harry dan teman-temannya
menghabiskan sebagian besar waktu mereka jauh dari Hogwarts, dan hanya kembali
ke sana untuk menghadapi Voldemort di bab-bab terakhir novel.[39] Untuk melengkapi format
bildungsroman, dalam novel ini Harry mulai tumbuh dewasa, kehilangan kesempatan
untuk menjalani tahun terakhirnya sebagai murid di Hogwarts, harus bertindak
sebagai orang dewasa, dan masyarakat di dunia sihir bergantung pada
keputusannya.[41]
Tema
Menurut
Rowling, tema utama dalam seri Harry Potter adalah kematian: "Buku saya sebagian besar
tentang kematian. Dibuka dengan kematian orang tua Harry. Ada obsesi Voldemort
untuk menaklukkan kematian dan menemukan keabadian dengan harga apapun, tujuan setiap
orang yang memiliki kemampuan sihir. Saya jadi mengerti kenapa Voldemort ingin
mengalahkan kematian. Kita semua takut pada hal itu."[8]
Para akademisi dan jurnalis telah mengembangkan
penafsiran lain yang terkait dengan tema dalam novel, beberapa di antaranya
lebih kompleks daripada yang lain, dan beberapa yang lainnya juga menyatakan
terdapat tema politik. Tema-tema seperti normalitas, penindasan, kelangsungan hidup,
dan pemaksaan kehendak dianggap sebagai tema lazim yang terdapat di seluruh
seri.[42] Selain itu, tema tentang perjalanan
menuju masa remaja dan penderitaan juga terdapat dalam novel.[43] Rowling sendiri menyatakan bahwa
bukunya terdiri dari "argumen berkepanjangan untuk toleransi, permohonan
berkepanjangan untuk mengakhiri kefanatikan", dan juga untuk menyampaikan
pesan mengenai "permasalahan kebijaksanaan dan tidak mengasumsikan bahwa
pemaksaan dan tekanan akan memberitahumu seluruh kebenaran".[44]
Tema lainnya
yang bisa ditemukan dalam novel adalah kekuasaan/penyalahgunaan kekuasaan, cinta,
prasangka, dan pilihan bebas. Tema-tema ini, menurut Rowling, "sangat
mengakar kuat di seluruh plot cerita", penulis lebih suka membiarkan tema
"tumbuh secara alami", daripada berusaha untuk menyampaikan ide-ide
tersebut kepada para pembaca.[9] Tema lainnya yang selalu ada dalam
cerita adalah masa remaja. Menurut Rowling, penggunaan tema ini bertujuan untuk
menggambarkan perkembangan seksualitas karakternya dan tidak membiarkan Harry
"terjebak dalam situasi pra-remaja permanen".[45] Rowling menyatakan bahwa
menurutnya, signifikansi tema moral dalam cerita tampak "jelas
menyilaukan". Kunci cerita menurut Rowling adalah pilihan antara apa yang
benar dan apa yang mudah, "karena hal itu adalah bagaimana tirani dimulai,
dengan orang-orang apatis yang mengambil rute mudah dan
tiba-tiba menemukan dirinya dalam kesulitan besar."[46]
Penciptaan dan publikasi
J. K.
Rowling, pencipta Harry
Potter.
Pada tahun
1990, Rowling berada di kereta yang penuh sesak dari Manchester ke London ketika ide mengenai Harry tiba-tiba
"jatuh ke kepalanya". Rowling memberikan penjelasan tentang pengalamannya
di situs webnya:[47]
“
|
Saya telah
menulis hampir tanpa jeda sejak umur enam tahun tetapi sebelumnya saya tidak
pernah merasa begitu bergairah akan suatu gagasan. Saya hanya duduk dan
berpikir, selama empat jam (menunggu keterlambatan kereta api), dan semua
detil bermunculan di otak saya, dan anak laki-laki kurus berambut hitam dan
berkaca mata yang tidak menyadari bahwa ia adalah seorang penyihir semakin
lama semakin nyata bagi saya.
|
”
|
Rowling
menyelesaikan Harry Potter dan Batu Bertuah pada tahun 1995 dan naskah novel itu dikirimnya pada beberapa
agen penerbitan.[48] Agen kedua yang dikiriminya naskah,
Christopher Little, menawarkan untuk mewakilinya mengirimkan naskah tersebut
pada penerbit Bloomsbury. Setelah ditolak oleh delapan penerbit, Bloomsbury
akhirnya menawari Rowling uang muka sebesar £2.500 untuk menerbitkan novel tersebut.[49][50] Meskipun Rowling menyatakan bahwa
ia tidak memiliki target khusus mengenai usia pembacanya ketika ia mulai menulis buku-buku Harry
Potter, penerbit pada awalnya menetapkan target pembacanya adalah anak-anak
yang berusia antara sembilan hingga sebelas tahun.[51] Pada malam sebelum penerbitan,
Rowling diminta oleh penerbitnya untuk menggunakan nama pena yang lebih netral-gender, supaya dapat menarik anak
laki-laki dalam jangkauan umur tersebut, karena mereka khawatir bahwa anak
laki-laki tidak akan tertarik membaca novel yang mereka ketahui ditulis oleh
seorang wanita. Ia memilih untuk menggunakan nama J. K. Rowling (Joanne
Kathleen Rowling), menggunakan nama neneknya sebagai nama keduanya karena ia
tidak memiliki nama tengah.[50][52]
Harry Potter
and the Philosopher's Stone diterbitkan oleh Bloomsbury, penerbit semua buku-buku Harry Potter
di Britania
Raya, pada
tanggal 30 Juni 1997.[53] Novel ini diterbitkan di Amerika Serikat pada 1 September 1998 oleh Scholastic, yang menerbitkannya dengan judul Harry
Potter and the Sorcerer's Stone,[54] setelah sebelumnya Rowling menerima
bayaran sebesar US$105.000 untuk hak penerbitan di Amerika Serikat – harga
yang sangat luar biasa bagi sebuah buku anak-anak yang dikarang oleh pengarang
yang tidak dikenal pada saat itu.[55] Khawatir bahwa para pembaca di
Amerika tidak akan mengerti kata "philosoper" atau tidak
menganggapnya sebagai tema magis (meskipun "Philosoper's Stone" atau
batu filsuf terkait dengan alkimia), Scholastic bersikeras untuk
mengganti judul novel tersebut menjadi Harry Potter and the Sorcerer's Stone
untuk pasar Amerika.
Buku kedua, Harry Potter dan Kamar Rahasia, awalnya diterbitkan di Britania
Raya pada tanggal 2 Juli 1998 dan di AS pada 2 Juni 1999. Harry Potter dan Tawanan Azkaban kemudian diterbitkan setahun
kemudian di Britania Raya pada 8 Juli 1999, dan di Amerika Serikat pada 8
September 1999.[56] Harry Potter dan Piala Api diterbitkan pada 8 Juli 2000 di waktu yang bersamaan
oleh Bloomsbury dan Scholastic.[57] Harry Potter dan Orde Phoenix adalah buku terpanjang dalam seri,
dengan tebal 766 halaman dalam versi Inggris dan 870 halaman dalam versi
Amerika Serikat.[58] Orde Phoenix diterbitkan
secara serentak di negara-negara yang berbahasa Inggris pada tanggal 21 Juni
2003.[59] Dua tahun kemudian, Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran diterbitkan pada 16 Juli 2005, dan
terjual sebanyak 9 juta eksemplar dalam waktu 24 jam setelah perilisannya di
seluruh dunia.[60][61] Buku ketujuh sekaligus yang
terakhir, Harry Potter dan Relikui Kematian, diterbitkan pada 21 Juli 2007.[62] Buku ini terjual sebanyak 11 juta
eksemplar dalam 24 jam pertama setelah perilisannya, dengan rincian 2,7 juta
eksemplar di Britania Raya dan 8,3 juta eksemplar di Amerika Serikat.[61]
Terjemahan
Seri ini
telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa,[2][63] menjadikan Rowling sebagai salah
satu penulis yang karyanya paling banyak diterjemahkan dalam sejarah.[64] Seri Harry Potter telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang beragam seperti Azerbaijan, Ukraina, Arab, Urdu, Hindi, Bengali, Wales, Afrikaans, Albania, Latvia dan Vietnam. Volume pertama telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin dan bahkan Yunani Kuno,[65] menjadikannya sebagai karya
terpanjang yang diterbitkan dalam bahasa Yunani Kuno sejak novel Heliodorus
dari Emesa pada abad
ke-3 M.[66]
Beberapa
penerjemah yang disewa untuk menggarap novel-novel Harry Potter adalah
penulis-penulis terkenal sebelum mereka menerjemahkan Harry Potter,
misalnya Viktor Golyshev, yang menangani terjemahan Rusia untuk buku kelima. Terjemahan bahasa Turki untuk buku kedua sampai ketujuh
dilakukan oleh Sevin Okyay, seorang kritikus sastra populer dan komentator
budaya.[67] Untuk alasan kerahasiaan,
terjemahan hanya dapat dimulai ketika novel yang ber bahasa Inggris sudah
dirilis, dengan demikian ada jeda beberapa bulan sebelum novel diterjemahkan ke
dalam bahasa lain. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya salinan dari edisi
bahasa Inggris yang dijual kepada penggemar yang tidak sabaran di negara-negara
non-bahasa Inggris. Di Perancis, karena tingginya minat untuk membaca buku
kelima ini, Orde Phoenix edisi bahasa Inggris menjadi buku berbahasa
Inggris pertama yang menempati peringkat atas dalam daftar buku terlaris di
Perancis.[68]
Edisi
Amerika Serikat telah disesuaikan dengan bahasa
Inggris Amerika agar
buku-buku ini lebih dimengerti oleh khalayak muda Amerika.[69] Di Indonesia, keseluruhan buku-buku
Harry Potter diterbitkan oleh Gramedia
Pustaka Utama dan diterjemahkan
oleh Listiana
Srisanti.[70]
Penyelesaian seri
Pada bulan
Desember 2005, Rowling menyatakan dalam situs web-nya: "2006 akan menjadi
tahun ketika saya menulis buku terakhir dalam seri Harry Potter."[71] Perkembangannya kemudian diumumkan
dalam buku harian online-nya, yang mengabarkan
kemajuannya dalam menulis Harry Potter dan Relikui Kematian, dengan tanggal perilisan 21 Juli
2007. Buku terakhir ini selesai pada tanggal 11 Januari 2007 di Hotel Balmoral,
Edinburgh. Rowling menuliskan pesan di bagian
belakang patung Hermes, yang berbunyi: "J. K. Rowling
selesai menulis Harry Potter dan Relikui Kematian di kamar ini (552)
pada tanggal 11 Januari 2007."[72]
Rowling
sendiri telah menyatakan bahwa bab terakhir dari buku terakhir (epilog) selesai
"kira-kira tahun 1990".[73][74] Pada bulan Juni 2006, Rowling,
dalam sebuah acara talk show Inggris, Richard & Judy, mengumumkan
bahwa beberapa bab telah dimodifikasi karena salah satu karakter "mendapat
penangguhan hukuman" dan dua karakter lainnya yang sebelumnya selamat
harus tewas. Pada 28 Maret 2007, gambar sampul novel terakhir untuk edisi
dewasa dan anak-anak penerbit Bloomsbury serta Scholastic dirilis.[75][76]
Prestasi
Dampak budaya
Stasiun kereta London King's Cross menaruh tanda peron fiktif dari
cerita buku karena besarnya popularitas Harry Potter.
Penggemar
seri Harry Potter yang sangat bersemangat dan tidak sabar menunggu seri
terbaru keluar di toko-toko buku di seluruh dunia mulai mengadakan acara-acara
yang bertepatan dengan peluncuran tengah malam buku terbaru, yang dimulai saat
peluncuran Harry Potter dan Piala Api pada tahun 2000. Acara-acara yang
diselenggarakan antara lain parade kostum, permainan, lukisan wajah, dan acara
hiburan langsung lainnya. Ini turut memberikan kontribusi terhadap tingginya
popularitas penggemar Potter dan sukses menarik penggemar untuk membeli buku;
hampir sembilan juta dari 10,8 juta eksemplar cetakan pertama Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran terjual dalam 24 jam setelah
peluncurannya.[77][78] Novel terakhir, Harry Potter dan
Relikui Kematian, menjadi buku dengan penjualan tercepat dalam sejarah,
terjual sekitar 11 juta eksemplar dalam 24 jam pertama peluncurannya.[79] Seri Harry Potter juga sukses
mengumpulkan penggemar dewasa, yang menyebabkan setiap novel Harry Potter
diterbitkan dalam dua versi, dengan teks yang sama, namun sampul berbeda, yaitu
versi dewasa dan versi anak-anak.[80] Selain mengadakan pertemuan online
melalui situs penggemar, blog, dan podcast, penggemar-penggemar setia Harry
Potter juga bisa bertemu dalam simposium Harry Potter. Kata Muggle telah
menyebar keluar dunia Harry Potter, menjadi salah satu kata budaya populer yang tercantum dalam Oxford English Dictionary.[81] Fandom Harry Potter juga mengadakan
podcast secara reguler, biasanya setiap minggu, dengan diskusi-diskusi terbaru
dalam fandom. MuggleCast dan PotterCast[82] meraih posisi teratas dalam
peringkat podcast iTunes dan menurut hasil jajak pendapat
merupakan salah satu dari 50 podcast terfavorit.[83]
Kesuksesan komersial
Lihat pula: Daftar buku terlaris
Kerumunan
yang menunggu di toko buku Borders di Newark, Delaware, untuk peluncuran tengah malam Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran.
Popularitas
seri Harry Potter juga telah menghasilkan kesuksesan komersial bagi
Rowling, penerbit, dan pemegang izin Harry Potter terkait lainnya.
Kesuksesan ini menjadikan Rowling sebagai penulis pertama yang menjadi
miliarder.[84] Novel-novel Harry Potter
telah terjual lebih dari 450 juta kopi di seluruh dunia dan telah diadaptasi ke
dalam film-film populer yang diproduksi oleh Warner Bros., yang menjadi film seri tersukses sepanjang masa.[85][86] Film-film ini juga telah
menghasilkan delapan permainan video dan menyebabkan lahirnya lisensi lebih
dari 400 produk tambahan lainnya yang terkait dengan Harry Potter, termasuk
sebuah iPod. Merek dagang Harry Potter
diperkirakan bernilai sebesar $15 milyar.[10]
Tingginya
permintaan terhadap buku-buku Harry Potter memotivasi New York Times untuk membuat daftar buku terlaris
yang terpisah untuk sastra anak pada tahun 2000, tepat sebelum perilisan Harry
Potter dan Piala Api. Pada 24 Juni 2000, novel-novel Rowling bertengger
selama 79 minggu berturut-turut dalam daftar buku terlaris New York Times;
tiga novel pertama masing-masingnya menempati daftar buku hardcover
terlaris.[87] Pada tanggal 12 April 2007, Barnes & Noble mengungkapkan bahwa Relikui
Kematian telah memecahkan rekor pra-pemesanan, dengan lebih dari 500.000 eksemplar buku yang
dipesan melalui situs mereka.[88] Untuk perlisan Piala Api,
sebanyak 9.000 truk FedEx digunakan tanpa tujuan lain selain
untuk mendistribusikan buku.[89] Amazon.com dan Barnes & Noble telah menjual lebih dari 700.000
eksemplar buku.[89] Di Amerika Serikat, buku tersebut
awalnya dicetak sebanyak 3,8 juta eksemplar, memecahkan rekor percetakan pada
saat itu.[89] Statistik rekor ini dipecahkan oleh
Harry Potter dan Orde Phoenix tiga tahun kemudian, yang dicetak
sebanyak 8,5 juta eksemplar, dan kemudian dipecahkan lagi oleh Pangeran
Berdarah Campuran (10,8 juta eksemplar).[90] 6.9 juta eksemplar Pangeran
Berdarah Campuran terjual di AS dalam 24 jam setelah perilisannya,
sedangkan di Britania Raya lebih dari dua juta eksemplar terjual di hari
pertamanya.[91] Cetak awal di AS untuk Relikui
Kematian adalah 12 juta eksemplar, dan lebih dari satu juta pra-pemesanan
yang dipesan melalui Amazon dan Barnes & Noble.[92]
Penghargaan dan pengakuan
Seri Harry
Potter telah menerima sejumlah penghargaan sejak dipublikasikannya Batu
Bertuah pada tahun 1997, termasuk empat Whitaker Platinum Book Awards
(semuanya diraih pada tahun 2001),[93] tiga NestlĂ© Smarties Book Prize (1997–1999),[94] dua Scottish Arts Council Book Awards (1999 dan 2001),[95] Whitbread Children's Book of the Year Award (1999),[96] WHSmith Book of the Year (2006),[97] dan lain sebagainya. Pada tahun
2000, Harry Potter dan Tawanan Azkaban dinominasikan untuk Hugo Award for Best Novel, dan pada tahun 2001, Harry Potter dan Piala Api memenangkan penghargaan tersebut.[98] Penghargaan lainnya di antaranya Carnegie Medal (1997),[99] Guardian Children's Award (1998), dan menempati sejumlah
daftar seperti buku terkemuka, pilihan editor, dan buku terbaik dalam American Library Association, The New York Times, Chicago Public Library, dan Publishers Weekly.[100]
Sebuah studi
pada tahun 2004 menemukan bahwa buku-buku seri Harry Potter secara umum
dibacakan di sekolah-sekolah dasar di San Diego County, California.[101] Berdasarkan hasil jajak pendapat
online pada 2007, National Education Association di Amerika Serikat menempatkan seri Harry Potter
dalam "Top 100 Buku untuk Anak-Anak."[102] Tiga buku (Batu Bertuah, Tawanan
Azkaban dan Piala Api) merupakan buku-buku yang menempati daftar
"Top 100 Chapter Books" sepanjang masa dalam jajak pendapat pada
tahun 2012 yang dilakukan oleh School Library Journal School Library Journal.[103]
Penerimaan
Kritik sastra
Ketujuh
novel Harry Potter edisi Britania Raya.
Sejak awal
penerbitannya, Harry Potter mendapat tinjauan positif dari para
kritikus. Saat dipublikasikannya buku pertama, Harry Potter dan Batu Bertuah
menarik perhatian surat kabar Skotlandia seperti The Scotsman, yang menyatakan bahwa itu "semua bakat
klasik",[104] dan The Glasgow Herald, yang menyebutnya "barang
Magis".[104] Segera setelah itu, surat kabar
Inggris mulai bergabung, lebih dari satu surat kabar membandingkannya dengan
karya Roald Dahl: The Mail on Sunday menilainya sebagai "debut
paling imajinatif sejak Roald Dahl",[104] pandangan yang sama juga ditulis
oleh The Sunday
Times
("perbandingannya dengan Dahl adalah, sama-sama imajinatif"),[104] sedangkan The Guardian menyebutnya sebagai "novel
bertekstur kaya yang ditumpangi oleh kejenakaan."[104]
Pada saat
diterbitkannya buku kelima, Harry Potter dan Orde Phoenix, buku-buku Harry
Potter mulai menerima kritik keras dari sejumlah pakar sastra. Profesor
Yale, sarjana sastra dan kritikus Harold Bloom mengkritik buku tersebut sebagai sastra, mengatakan:
"pikiran Rowling begitu diatur oleh klise dan metafora yang mati sehingga
ia tidak memiliki gaya penulisan lain."[105] A. S. Byatt menulis sebuah artikel op-ed di New York
Times, menyebut dunia Rowling sebagai "dunia sekunder, terbuat dari
motif derifatif cerdas dari segala jenis sastra anak... ditulis untuk
orang-orang yang hidupnya imajinatif, yang terbatas pada kartun TV, opera
sabun, realitas TV dan gosip selebriti yang berlebih-lebihan."[106]
Michael Rosen, seorang novelis dan penyair, menyatakan bahwa
buku-buku Rowling tidak cocok untuk anak-anak, yang tidak akan mampu memahami
temanya yang kompleks. Rosen juga menyatakan bahwa "JK Rowling tak lebih
dari seorang penulis dewasa."[107] Kritikus Anthony Holden menulis di The Observer berdasarkan pengalamannya dalam
menilai Harry Potter dan Tawanan Azkaban untuk Whitbread Awards 1999. Pandangannya secara keseluruhan
mengenai seri Harry Potter adalah negatif – "saga Potter pada
dasarnya merendahkan, konservatif, sangat derivatif, nostalgia bagi Inggris
masa lampau", dan ia menyatakan bahwa seri itu "biasa saja, dengan
gaya prosa yang tidak gramatikal".[108] Ursula Le Guin menyatakan: "Saya tidak punya pendapat hebat
mengenai seri itu. Saat begitu banyak orang dewasa yang mengkritik tentang
'orisinalitas luar biasa' dari buku Harry Potter pertama, saya membacanya untuk
mengetahui apa yang diributkan itu, dan tetap agak bingung; tampak seperti
fantasi anak-anak yang disilangkan dengan "novel sekolah", baik untuk
kelompok usia, namun gayanya biasa, imajinatif derivatif, dan secara etis agak
kejam."[109]
Sebaliknya,
penulis Fay Weldon mengakui bahwa seri ini "tidak seperti yang
diharapkan penyair", namun melanjutkan dengan mengatakan: "tapi ini
bukan puisi, ini untuk dibaca, untuk dijual, hiburan sehari-hari, dan prosa
yang hebat".[110] Kritikus sastra A. N. Wilson memuji
seri Harry Potter di The Times, menyatakan: "Tidak banyak penulis
yang memiliki kemampuan Dickensian seperti JK yang akan membuat kita membalik
halaman, menangis terang-terangan, dengan air mata meleleh-dan beberapa halaman
kemudian kita tertawa, karena lelucon yang bagus... Kita telah hidup sepanjang
satu dekade untuk membaca cerita anak-anak yang paling lucu, paling
menyeramkan, dan paling mengharukan yang pernah ditulis."[111] Charles Taylor dari Salon.com, yang pada dasarnya adalah seorang kritikus film,[112] secara khusus menentang pendapat
Byatt. Ia mengakui bahwa seri mungkin memiliki "poin budaya yang berkisah
mengenai sampah budaya pop dan jauh dari kompleksitas seni",[113] namun Taylor menolak pendapat Byatt
yang menyatakan bahwa seri ini bukanlah sastra, dan bahwa kesuksesannya
hanyalah karena kisah masa kanak-kanak yang ditawarkannya. Taylor menekankan
tema gelap dari seri, yang ditunjukkan oleh pembunuhan teman sekolah dan teman
dekatnya, serta luka psikologis dan pengucilan sosial yang memicunya. Taylor juga berpendapat bahwa Batu
Bertuah adalah yang paling 'terang' dari ketujuh buku yang diterbitkan, dan
menolak bahwa kisah masa kanak-kanak – yang menurut Byatt – memacu
kesuksesan seri: misalnya, kisah buku pertama dibuka dengan berita tentang pembunuhan ganda orangtua Harry, yang mana hal ini
jauh dari tema anak-anak.[113]
Stephen King menyebut seri Harry Potter
sebagai "sebuah prestasi yang hanya mampu dicapai oleh seseorang dengan
imajinasi unggul", dan menyatakan bahwa "Rowling bermain kata-kata, memiringkan
selera humor" menjadi "luar biasa". Namun, ia menulis bahwa
meskipun ceritanya "bagus", ia "sedikit kesal karena mengetahui
kalau Harry harus berada di rumah bibi dan pamannya yang mengerikan",
kisah awal yang ditampilkan dalam ketujuh buku.[38] King juga bercanda dengan
menyatakan bahwa "Rowling tidak pernah menemukan adverb yang tidak
ia sukai!". King memprediksi bahwa Harry Potter "akan bertahan sepanjang
waktu dan berakhir di rak buku di mana hanya yang terbaik yang akan disimpan;
saya pikir Harry akan menempati tempat yang sama dengan Alice, Huck, Frodo, dan Dorothy, dan ini adalah salah satu seri yang tidak hanya akan
bertahan sepanjang dekade, tetapi sepanjang masa."[114]
Dampak sosial
Meskipun majalah Time menempatkan Rowling di posisi kedua
Person of
the Year pada tahun
2007, tidak ada inspirasi sosial, moral, dan politik yang diberikan Rowling
kepada penggemarnya.[115] Kritikus buku Washington Post, Ron Charles, berpendapat pada Juli
2007 bahwa sejumlah besar orang dewasa membaca seri Potter, namun hal
ini tidak hanya dialami oleh Harry Potter, buku-buku lainnya juga
mewakili "kasus buruk budaya kekanak-kanakan", dan berpendapat bahwa
tema "baik vs jahat" dalam seri ini sangat
"kekanak-kanakan". Ia juga berpendapat "bukan salah
Rowling" jika terjadi histeria budaya dan pemasaran yang ditandai dengan
publikasi buku-buku berikutnya dengan "anak-anak dan orang dewasa yang
mengantre di stadion besar, sikap media massa menjadi penyebab tidak ada novel
lainnya yang dapat menghasilkan publikasi sebesar itu".[116]
Pustakawan
Nancy Knapp mengungkapkan bahwa seri ini berpotensi untuk meningkatkan angka melek huruf dengan memotivasi anak-anak untuk
membaca lebih sering.[117] Sepakat dengan Knapp, Diane Penrod
juga memuji pencampuran antara hiburan sederhana dengan "kualitas fiksi
sastra yang cerdas" dalam buku, namun mengungkapkan keprihatinannya atas
efek mengganggu dari produksi pernak-pernik yang menyertai peluncuran buku.[118]
Jennifer
Conn menggunakan metode mengajar Snape dan pelatih Quidditch Madam Hooch sebagai contoh mengenai
apa yang harus dihindari dan apa yang harus ditiru dalam proses mengajar,[119] dan Joyce Fields menulis bahwa
buku-buku Harry Potter memuat empat dari lima topik utama dalam kelas sosiologi tahun pertama: "konsep
sosiologi, termasuk budaya, masyarakat, dan sosialisasi; stratifikasi dan ketimpangan sosial; lembaga sosial; dan teori sosial."[120]
Jenny Sawyer
menulis pada 25 Juli 2007 dalam Christian Science Monitor bahwa buku Harry Potter menciptakan "tren
komersialisasi penceritaan dongeng masyarakat Barat", "moral dalam
cerita tersebut sudah tersampaikan, namun dilenyapkan akibat adanya unsur budaya pop saat ini. Setelah 10 tahun, 4.195
halaman, dan lebih dari 375 juta kopi, prestasi menjulang J.K. Rowling memiliki
landasan hampir semua unsur sastra anak: "kepahlawanan". Harry
Potter, menurut Sawyer, tidak menghadapi "perjuangan moral" ataupun
mengalami pertumbuhan etika, dan dengan demikian "tidak ada panduan untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah".[121] Sebaliknya, Emily Griesinger
menggambarkan perjalanan Harry untuk pertama kalinya ke Peron 9¾ sebagai perwujudan dari iman dan harapan, dan
perjumpaannya dengan Topi Seleksi adalah hal pertama dari banyak hal di mana
karakter Harry dibentuk oleh pilihan yang dibuatnya. Griesinger juga mencatat
adanya "sihir yang lebih kuat" dalam pengorbanan ibu Harry untuk
melindungi putranya di sepanjang seri, yang gagal dipahami Voldemort.[122]
Dalam
artikel Slate tanggal 8 November 2002, Chris
Suellentrop menyejajarkan Potter dengan "anak malang yang sukses di
sekolah karena bakat teman-teman dan kerabatnya". Ia mencatat bahwa dalam
fiksi Rowling, kemampuan sihir adalah "sesuatu yang kau peroleh sejak
lahir, bukan sesuatu yang dapat dicapai", Suellentrop juga menyatakan
bahwa pepatah Dumbledore: "Pilihan kitalah, yang menunjukkan orang seperti
apa kita, lebih dari kemampuan kita", adalah munafik.[123] Pada 12 Agustus 2007, New York
Times meninjau Relikui Kematian, Christopher
Hitchens memuji
Rowling atas "cerita sekolah Inggris-nya" tanpa menciptakan
"dunia demokrasi yang penuh keragaman".[124]
Kontroversi
Foto dari
surat kabar satir The Onion, yang berlelucon bahwa Harry Potter
menyebabkan anak-anak berperilaku Satanisme.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Sengketa hukum atas seri Harry
Potter, Perdebatan agama mengenai Harry Potter, Politik dalam Harry Potter, dan Tanya Grotter
Buku-buku Harry
Potter telah menjadi subjek dari sejumlah kasus hukum. Kelompok Kristen
Amerika mengklaim bahwa buku-buku Harry Potter mempromosikan ajaran Wicca dan sihir di kalangan anak-anak, dan berbagai konflik
lainnya terkait dengan pelanggaran hak cipta dan merek dagang. Popularitas dan
tingginya nilai pasar dari seri Harry Potter telah membuat Rowling,
penerbit, dan distributor film Warner Bros. mengambil tindakan hukum untuk
melindungi hak cipta Harry Potter, termasuk melarang penjualan produk-produk
imitasi Harry Potter, menegur para pemilik situs web yang memakai nama domain "Harry Potter", dan
menuntut penulis bernama Nancy Stouffer karena menuduh bahwa Rowling telah menjiplak
karyanya.[125][126][127] Berbagai pemuka-pemuka agama
mengklaim bahwa buku-buku Harry Potter mempromosikan sihir dan oleh
karena itu tidak cocok bagi anak-anak,[128] sedangkan sejumlah kritikus juga
mengkritik buku-buku Rowling karena mempromosikan agenda politik.[129][130]
Buku-buku Harry
Potter juga telah menimbulkan kontroversi dalam dunia sastra dan
penerbitan. Pada tahun 1997-1998, Harry Potter dan Batu Bertuah memenangkan hampir semua
penghargaan buku di Britania Raya yang dinilai oleh anak-anak, namun tidak ada
satupun penghargaan buku anak-anak yang dinilai oleh orang dewasa.[131] Sandra Beckett menyindir bahwa
buku-buku ini hanya populer di kalangan anak-anak.[132] Pada tahun 1999, Whitbread Book of the Year Award untuk pertama kalinya memberikan
penghargaan utama bagi buku anak-anak, dan salah satu juri mengancam akan
mengundurkan diri jika Harry Potter dan Tawanan Azkaban dinyatakan sebagai pemenang. Buku
ini pada akhirnya hanya menempati posisi kedua, di belakang pemenang hadiah
puisi Seamus
Heaney, yang
menerjemahkan puisi epik Anglo-Saxon, Beowulf. Antara tahun 1997-1999, Rowling secara
berturut-turut memenangkan Smarties Book Awards. Rowling akhirnya menarik diri
dari kompetisi ini untuk memberikan kesempatan pada penulis yang lainnya.[132]
Pada tahun
2000, tak lama sebelum penerbitan Harry Potter dan Piala Api, tiga seri Harry Potter sebelumnya telah
menduduki puncak daftar buku fiksi terlaris New York Times, atau sepertiga dari entri
buku-buku anak-anak. Surat kabar itu kemudian menciptakan daftar terbaru untuk
buku anak-anak, memisahkan antara fiksi dan nonfiksi, serta hardcover
dan softcover untuk memberikan kesempatan pada buku anak-anak yang
lainnya. Langkah ini didukung oleh para penerbit dan penjual buku.[87] Pada tahun 2004, The New York
Times lagi-lagi memecah daftar buku anak-anak terlaris yang masih saja
tetap didominasi oleh buku-buku Harry Potter, memisahkan antara buku
berseri dan buku individu, dan menyingkirkan Harry Potter dari daftar
buku individu.[133] Pemecahan daftar ini telah memicu
berbagai pujian, kecaman, dan beberapa komentar yang menunjukkan manfaat dan
kerugian dari langkah ini.[134] New York Times beralasan
bahwa pemecahan daftar ini sama dengan kasus Billboard yang harus membuat tangga lagu terpisah pada tahun 1964 saat grup
musik Inggris The Beatles merajai lima tangga lagu sekaligus,
atau Nielsen yang harus membuat daftar game-show terpisah
saat Who Wants to Be a Millionaire? – yang juga berasal dari
Inggris – mendominasi rating Nielsen.[135]
Adaptasi
Film
Pada tahun
1998, Rowling menjual hak film dari empat buku pertama Harry Potter
kepada Warner Bros. dengan harga £1 juta
($1.982.900).[136][137] Rowling meminta agar para pemain
dalam film Harry Potter haruslah berasal dari Britania, namun tidak
menutup kemungkinan pemeran berkebangsaan lainnya juga terlibat, misalnya aktor
Irlandia Richard Harris yang memerankan Dumbledore, dan pemeran Perancis dan Eropa Timur dalam film Harry Potter and the Goblet of Fire, yang memang sesuai dengan asal
karakter dalam buku.[138] Sejumlah sutradara dipertimbangkan
untuk menggarap Harry Potter, termasuk Steven Spielberg, Terry
Gilliam, Jonathan Demme, dan Alan Parker. Pada akhirnya, Chris Columbus ditunjuk pada 28 Maret 2000 untuk
menyutradarai Harry Potter and the Philosopher's
Stone (berjudul
"Harry Potter and the Sorcerer's Stone" di Amerika Serikat).
Penunjukan Columbus ini didasari oleh karya-karya film keluarganya seperti Home Alone dan Mrs. Doubtfire, serta pengalamannya yang terbukti
mampu mengarahkan anak-anak saat bermain film.[139] Setelah proses pemilihan pemeran yang panjang, syuting dimulai pada bulan Oktober 2000
di Leavesden Film Studios London, dan produksi berakhir pada
bulan Juli 2001.[140][141] Philosopher's Stone dirilis
pada tanggal 14 November 2001. Tiga hari setelah rilis film pertama, produksi
untuk Harry Potter and the Chamber of
Secrets, yang juga
disutradarai oleh Columbus, dimulai. Syuting film kedua selesai pada musim
panas 2002, filmnya sendiri dirilis pada 15 November 2002.[142] Daniel Radcliffe, Rupert Grint, dan Emma Watson masing-masingnya memerankan Harry Potter, Ron Weasley dan Hermione Granger di keseluruhan film.
Columbus
menolak menyutradarai film ketiga, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, dan hanya bertindak sebagai
produser. Sutradara Meksiko Alfonso CuarĂ³n mengambil alih posisi Columbus
sebagai sutradara, dan setelah pengambilan gambar pada tahun 2003, film ini
dirilis pada 4 Juni 2004. Film keempat mulai diproduksi sebelum dirilisnya film
ketiga. Oleh sebab itu, Mike Newell dipilih sebagai sutradara untuk Harry Potter and the Goblet of Fire, yang dirilis pada 18 November
2005.[143] Newell merupakan sutradara Inggris
pertama yang menggarap seri Harry Potter. Harry Potter and the Order of the
Phoenix
disutradarai oleh sutradara televisi David Yates. Produksi film ini dimulai pada bulan Januari 2006
dan dirilis setahun kemudian pada bulan Juli 2007, bertepatan dengan peluncuran
novel terakhir, Harry Potter dan Relikui Kematian. Oleh sebab itu, banyak yang
menganggap bahwa Juli 2007 adalah "bulannya Harry Potter".[144][145] Karena eksekutif "sangat
menyukai" film sebelumnya, Yates terpilih lagi untuk menyutradarai Harry Potter and the Half-Blood
Prince, yang
dirilis pada 15 Juli 2009.[146][147][148][149]
Pada bulan
Maret 2008, Presiden dan COO Warner Bros., Alan F. Horn, mengumumkan bahwa film terakhir dalam seri, Harry Potter and the Deathly Hallows, akan dirilis dalam dua bagian
sinematik: Bagian 1 pada 19 November 2010 dan Bagian 2 pada 15 Juli 2011. Produksi kedua
bagian ini dimulai pada bulan Februari 2009, dan hari terakhir pengambilan
gambar berlangsung pada 12 Juni 2010.[150][151]
Tiga pemeran
utama dalam film-film Harry Potter. Dari kiri ke kanan: Daniel Radcliffe (Harry Potter), Rupert Grint (Ron Weasley) dan Emma Watson (Hermione Granger).
Rowling
memiliki kontrol kreatif atas seri film Harry Potter, mengamati proses
pembuatan film Philosopher's Stone dan menjabat sebagai produser pada
kedua film Deathly Hallows, bersama dengan David Heyman dan David Barron.[152] Film-film Harry Potter
selalu merajai tangga box office. Secara keseluruhan, kedelapan film
tersebut menjadi film seri dengan pendapatan kotor
tertinggi di seluruh dunia. Philosopher's Stone adalah film Harry Potter dengan
pendapatan kotor tertinggi sampai dirilisnya film terakhir, Deathly Hallows
Part 2, sedangkan Prisoner of Azkaban berpendapatan kotor paling
rendah.[153] Selain sukses secara finansial,
seri film Harry Potter juga sukses secara kritikal.[154][155]
Pendapat
mengenai film-film Harry Potter di antara penggemar umumnya terbagi dua;
satu kelompok lebih memilih untuk setia pada dua film pertama, dan kelompok
lainnya lebih memilih untuk menyukai film-film sesudahnya.[156] Rowling sendiri secara rutin selalu
mendukung setiap film, dan menyatakan bahwa Deathly Hallows adalah
"salah satu favoritnya" dalam seri.[157][158][159][160] Rowling menulis di situs webnya
tentang transisi dari buku ke film: "Tidak mungkin untuk memasukkan setiap
alur cerita buku ke dalam sebuah film yang durasinya hanya di bawah empat jam.
Jelas film memiliki batasan-batasan yang tidak dimiliki novel, kendala waktu
dan anggaran; sementara saya bisa membuat efek yang memukau tanpa mengandalkan
apapun selain interaksi antara imajinasi saya sendiri dan para pembaca".[161]
Dalam British Academy Film Awards ke-64 pada bulan Februari 2011, Rowling,
bersama dengan produser David Heyman dan David Barron serta sutradara
David Yates, Alfonso CuarĂ³n dan Mike Newell menerima penghargaan Michael
Balcon Award for Outstanding British Contribution to Cinema atas nama semua
film dalam seri Harry Potter. Aktor Rupert Grint dan Emma Watson, yang memerankan karakter Ron Weasley dan Hermione Granger, juga hadir.[162][163]
Permainan
Ada sebelas
permainan video Harry Potter, delapan di antaranya sesuai dengan film
dan buku, dan tiga lainnya merupakan spin-off. Permainan yang didasarkan pada
film/buku diproduksi oleh Electronic Arts, termasuk permainan Harry Potter: Quidditch World Cup. Versi permainan video pertama
dalam seri; Philosopher's Stone, dirilis pada bulan November 2001.
Setiap permainan video umumnya dirilis bertepatan dengan perilisan film, yang
berisi pemandangan dan detil dari adegan film serta dialog dan semangat dari
kisah buku. Permainan biasanya berlangsung di dalam dan di sekitar kastil Hogwarts dan di berbagai kawasan sihir
lainnya. Cerita dan desain permainan mengikuti karakterisasi dan plot film; EA
bekerja sama dengan Warner Brothers agar bisa memasukkan adegan film ke dalam
permainan. Permainan video terakhir dalam seri, Deathly Hallows, dipecah
menjadi dua bagian, yakni Bagian 1, yang dirilis pada November 2010
dan Bagian 2, yang dirilis untuk konsol pada bulan Juli 2011. Permainan
terdiri dari dua entri, dengan entri pertama yang menyampaikan tema intens dari
aksi dan kekerasan, gameplay memiliki format bergaya penembak orang-ketiga.[164][165] Permainan spin off lainnya
seperti Lego Harry Potter: Years 1–4 dan Lego Harry Potter: Years 5–7 dikembangkan oleh Traveller's Tales dan dipublikasikan oleh Warner Bros. Interactive
Entertainment. Sejumlah
permainan media noninteraktif lainnya juga telah dirilis, misalnya permainan
papan Cluedo Harry Potter Edition, Scene It? Harry Potter dan Lego Harry Potter, yang dipengaruhi oleh tema dalam
novel ataupun film.
- 2001 - Harry Potter and the Philosopher's Stone
- 2002 - Harry Potter and the Chamber of Secrets
- 2004 - Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
- 2005 - Harry Potter and the Goblet of Fire
- 2007 - Harry Potter and the Order of the Phoenix
- 2009 - Harry Potter and the Half-Blood Prince
- 2010 - Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1
- 2011 - Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2
Buku audio
Ketujuh buku
Harry Potter telah dirilis secara lengkap dalam versi buku audio (audiobook),
dengan Stephen Fry yang bertindak sebagai pembaca
untuk pendengar di Britania Raya, dan Jim Dale menyuarakan keseluruhan seri untuk buku audio edisi
Amerika Serikat.[166][167]
Atraksi
Amerika Serikat
Kastil
Hogwarts yang digambarkan dalam Wizarding World of Harry Potter di Universal
Orlando Resort's Island of Adventure.
Setelah
sukses dengan film dan buku, Universal dan Warner Brothers mengumumkan bahwa
mereka akan membangun "The Wizarding World of Harry Potter,"
perluasan tema Harry Potter baru yang dibangun di taman hiburan Islands of Adventure di Universal Orlando Resort, Florida. Tanah yang baru, yang dipromosikan
sebagai pulau hiburan ketujuh di taman tersebut, dibangun di sepanjang tanah
yang disediakan untuk perluasan di luar batas asli taman, sampai ke pulau-pulau
di The Lost Continent. Pembukaan kecil-kecilan taman hiburan ini diadakan
pada akhir Maret 2010, dan pembukaan taman secara resmi diselenggarakan pada 16
Juni 2010 untuk tamu terpilih. Taman secara resmi dibuka untuk umum pada
tanggal 18 Juni 2010.[168]
Para
pengunjung akan memasuki taman melalui stasiun Hogsmeade,[169] yang mengarah ke desa Hogsmeade, dan kastil Hogwarts terletak di ujung jalan. Kastil
Hogwarts merupakan atraksi utama dalam taman hiburan ini, yang di dalamnya
terdapat berbagai wahana dan permainan seperti Harry Potter & the
Forbidden Journey, sebuah KUKA yang membawa penumpang melalui adegan realistis yang
dipengaruhi oleh film dan buku, termasuk meluncur di atas Hogwarts, ikut
pertandingan Quidditch, dan mendekati naga, dementor, dan Dedalu Perkasa.[170] Atraksi lainnya di antaranya
rollercoaster kembar berkecepatan tinggi bernama Dragon Challenge, Dueling Dragons, dan rollercoaster khusus keluarga bernama Flight of the Hippogriff. Selain itu, terdapat berbagai
tempat yang terinspirasi oleh buku dan film, di antaranya Honeydukes, yang
menjual permen, cokelat kodok, dan kacang segala rasa Bertie Bott, toko
tongkat sihir Ollivander, Toko Lelucon Zonko yang menjual berbagai
barang seperti Teropong Curiga, dan Three Broomsticks yang menyajikan berbagai
makanan dan minuman, yang paling terkenal adalah Butterbeer dan jus labu.
Dibangun
dengan biaya sebesar $265 juta, taman hiburan Harry Potter "selalu
penuh dan harus menunggu selama dua jam hanya untuk masuk ke... toko merchandise."
Islands of Adventure mengalami peningkatan besar terkait dengan jumlah
pengunjung, yang juga meningkatkan laba sebesar 36%,[171] mengungguli pesaingnya, Walt Disney World.[172] Disney sendiri pada awalnya telah
ditawarkan untuk membangun taman hiburan Harry Potter, namun menolak
kesempatan tersebut.[173]
Britania Raya
Pada bulan Maret 2011, Warner Bros. mengumumkan
rencana untuk membangun atraksi wisata di Britania
Raya yang
akan menampilkan tema dalam film seri Harry Potter. Warner Bros. Studio
Tour London akan memfasilitasi pembangunan ini, termasuk menampilkan set
otentik film, kostum, dan alat peraga dari film seri. Atraksi wisata ini akan
berlokasi di Warner Bros. Studios, Leavesden, yang merupakan tempat keseluruhan film-film Harry
Potter dibuat. Warner Bros. sendiri menyatakan bahwa dua panggung suara baru
akan dibangun untuk menampilkan set yang terkenal dari masing-masing film
setelah adanya investasi sebesar £100 juta.[174] Beberapa set telah dibangun, dan tiket sudah mulai
dijual. Atraksi ini dibuka untuk umum pada bulan Maret 2012https://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter
Tidak ada komentar :
Posting Komentar